Kamis, 29 Maret 2012

Demokrasi indonesia penuh dengan keanarkisan

TEMA :Demokrasi
JUDUL :Demokrasi Indonesia penuh dengan keanarkisan
BAB 1.
PENDAHULIUAN
-Latar belakang

Seperti yang kita ketahui demonstrasi merupakan salah satu contoh budaya politik konvensional,dimana kita dapat mengungkapkan aspirasi kita secara bebas, namun biasanya demonstrasi ini dilakukan apabila cara konvensional tidak menemukan jalan keluar. Namun seiring dengan perkembangan jaman terkadang sering sekali di negara kita tercinta Indonesia ,demonstrasi diwarnai dengan keanarkisan para demostrannya.
-Tujuan

Agar kita semua harus lebih mengetahui apa arti demokrasi,dan kita dapat membedakan demokrasi yang menguntungkan dan merugikan buat kita semua terutama untuk Negara.supaya Negara kita menjadi Negara yang lebih baik dari sebelumnya.

BAB 2.

-Isi

Anarkisme pada saat melakukan demostrasi memang sangat merugikan berbagai pihak, selain banyak berjatuhan korban , juga banyak dari para demostran yang merusak fasilitas negara, sebenrnya apa saja faktor penyebab keanarkisan ini membludak? Pertama-tama banyak sekali para demonstran yang datang dari kaum berpendidikan, tapi mengapa mereka malah terkadang merusak fasilitas negara? Bukankah mereka semua adalah kaum yang berpendidikan dan tentunya pasti tahu, apa akibat dan kerugian merusak dan bersikap anarkisme. Memang, dengan bersikap sedikit ‘brutal’ bisa membuat pemerintah mendengarkan aspirasi kita, tapi bukankah lebih baik jika kita benar-benar melakukan demonstrasi dengan cara yang teratur, selain tidak menimbulkan kerugian, kita juga bisa mencontohkan kepada generasi-generasi selanjutnya bahwa Demonstrasi bukan lah budaya politik yang harus dilaksanakan dengan anarkisme. Bisa dibayangkan jika semua menganggap demonstrasi merupakan suatu budaya politik yang mencerminkan keanarkisan para demonstran, padahal demonstrasi sebenarnya lumrah dilakukan karena diperbolehkan bagi pemerintah, tapi seharusnya kita sebagai kaum muda apalagi yang merupakan kaum yang berpendidikan yang telah mendapat pendidikan tinggi seharusnya memberi contoh pada generasi-generasi selanjutnya agar kelak nanti jika ingin mengungkapkan aspirasi , pengungkapannya harus dalam bentuk demonstrasi yang teratur atau sejenisnya,sering sekali saya melihat di tv atau media
sejenisnya, banyak para demonstran tersebut menghacurkan fasilitas negara seperti telepon umum, dll. Mungkin merusak seperti itu dikiranya akan merugikan pemerintah dan pemerintah akan bertinda lebih lanjut, padahal fasilitas-fasilitas seperti itu bukankah diperuntukan bagi masyarakat? Toh juga masyrakat kita sendiri yang menggunakannya. Jika itu dirusak bukankah pemerintah harus mengeluarkan lagi biaya untuk meperbaikinya? Biaya itu datang darimana? Ya tentu dari pajak –pajak yang kita bayarkan ke pemerintah, jadi intinya kalo merusak hal hal seperti itu toh nantiyajuga uang kita sendiri yang digunakan untuk mengganti. Jadi selain memberikan contoh yang buruk, kita juga tak langsung dirugikan .selain itu tak sedikit tindakan demonstrasi yang anarkis menyebabkan kematian karena kebrutalannya sendiri, ingin mengungkapkan aspirasi malah jadi korban, bukankah menjadi mati sia-sia jika mati dengan cara seperti itu? jadi bukankah lebih baik kalau demonstrasi dilakukan dengan teratur dan tertib sehingga kita mampu mengungkapkan aspirasi dan suasana yang tercipta jadi lebih aman.

BAB 3.
PENUTUP
-Kesimpulan
Marilah kita semua bangsa Indonesia mulai merubah sikap cara berdemokrasi kita selama ini,jauhkan sifat-sifat keanarkisan dan tumbuhkan sifat-sifat bijaksana.bangunlah citra bangsa dengan kedamain dan keselarasan agar bangsa kita menjadi bangsa yang lebih baik kedepannya.
-Saran
Masayarat dan pemerintah harus sering bermusyawarah dalam pengambilan segala keputusan,apalagi menyangkut Negara,dan pemerintah harus sigap dalam membantu masyarakat agar tidak ada lagi kesalah pahamman dan tidak ada lagi demokrasi yang anarkis.

Daftar Pustaka
Kristina,ana,anarkisme dalam demostrasi,Jakarta,2010.
Kusuma,pandu,Demokrasi Indonesia penuh dengan keanarkisan,Bekasi,2012.

Rabu, 28 Maret 2012

Perilaku antar kelompok dan manajemen konflik.

Manajemen Konflik : Cara Mengelola Konflik secara Efektif
Dalam interaksi dan interelasi sosial antar individu atau antar kelompok, konflik sebenarnya merupakan hal alamiah. Dahulu konflik dianggap sebagai gejala atau fenomena yang tidak wajar dan berakibat negatif, tetapi sekarang konflik dianggap sebagai gejala yang wajar yang dapat berakibat negatif maupun positif tergantung bagaimana cara mengelolanya. Dari pandangan baru dapat kita lihat bahwa pimpinan atau manajer tidak hanya wajib menekan dan memecahkan konflik yang terjadi, tetapi juga wajib untuk mengelola/memanaj konflik sehingga aspek-aspek yang membahayakan dapat dihindari dan ditekan seminimal mungkin, dan aspek-aspek yang menguntungkan dikembangkan semaksimal mungkin.
Penyebab Konflik
Konflik di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
A. Faktor Manusia
1. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
2. Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
3. Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
B. Faktor Organisasi
1. Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.
Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.
2. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.
3. Interdependensi tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
4. Perbedaan nilai dan persepsi.
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda memiliki presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior men¬dapat tugas yang ringan dan sederhana.
5. Kekaburan yurisdiksional. Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.
6. Masalah “status”. Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi.
7. Hambatan komunikasi. Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan, pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar unit/ departemen.
Akibat-akibat Konflik
Konflik dapat berakibat negatif maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik tersebut.
Akibat negatif
• Menghambat komunikasi.
• Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).
• Mengganggu kerjasama atau “team work”.
• Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi.
• Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
• Individu atau personil menga-lami tekanan (stress), mengganggu konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi, dan apatisme.

Akibat Positif dari konflik:
• Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.
• Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.
• Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan per-baikan dalam sistem dan prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi.
• Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif.
• Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.
Cara atau Taktik Mengatasi Konflik
Mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu yang sederhana. Cepat-tidaknya suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot atau tingkat konflik tersebut serta kemampuan campur tangan (intervensi) pihak ketiga yang turut berusaha mengatasi konflik yang muncul.
Diatasi oleh pihak-pihak yang bersengketa:
Rujuk: Merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerja-sama dan menjalani hubungan yang lebih baik, demi kepentingan bersama.
Persuasi: Usaha mengubah po-sisi pihak lain, dengan menunjukkan kerugian yang mungkin timbul, dengan bukti faktual serta dengan menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan dan konsisten dengan norma dan standar keadilan yang berlaku.
Tawar-menawar: Suatu penyelesaian yang dapat diterima kedua pihak, dengan saling mempertukarkan konsesi yang dapat diterima. Dalam cara ini dapat digunakan komunikasi tidak langsung, tanpa mengemukakan janji secara eksplisit.
Pemecahan masalah terpadu: Usaha menyelesaikan masalah dengan memadukan kebutuhan kedua pihak. Proses pertukaran informasi, fakta, perasaan, dan kebutuhan berlangsung secara terbuka dan jujur. Menimbulkan rasa saling percaya dengan merumuskan alternatif pemecahan secara bersama de¬ngan keuntungan yang berimbang bagi kedua pihak.
Penarikan diri: Suatu penyelesaian masalah, yaitu salah satu atau kedua pihak menarik diri dari hubungan. Cara ini efektif apabila dalam tugas kedua pihak tidak perlu berinteraksi dan tidak efektif apabila tugas saling bergantung satu sama lain.
Pemaksaan dan penekanan: Cara ini memaksa dan menekan pihak lain agar menyerah; akan lebih efektif bila salah satu pihak mempunyai wewenang formal atas pihak lain. Apabila tidak terdapat perbedaan wewenang, dapat dipergunakan ancaman atau bentuk-bentuk intimidasi lainnya. Cara ini sering kurang efektif karena salah satu pihak hams mengalah dan menyerah secara terpaksa.

Intervensi (campur tangan) pihak ketiga:
Apabila fihak yang bersengketa tidak bersedia berunding atau usaha kedua pihak menemui jalan buntu, maka pihak ketiga dapat dilibatkan dalam penyelesaian konflik.
Arbitrase (arbitration): Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan berfungsi sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat. Cara ini mungkin tidak menguntungkan kedua pihak secara sama, tetapi dianggap lebih baik daripada terjadi muncul perilaku saling agresi atau tindakan destruktif.
Penengahan (mediation): Menggunakan mediator yang diundang untuk menengahi sengketa. Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta, menjalin komunikasi yang terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah serta mela-pangkan jalan untuk pemecahan masalah secara terpadu. Efektivitas penengahan tergantung juga pada bakat dan ciri perilaku mediator.
Konsultasi: Tujuannya untuk memperbaiki hubungan antar kedua pihak serta mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk menyelesaikan konflik. Konsultan tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan dan tidak berusaha untuk menengahi. la menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan persepsi dan kesadaran bahwa tingkah laku kedua pihak terganggu dan tidak berfungsi, sehingga menghambat proses penyelesaian masalah yang menjadi pokok sengketa.
Hal-hal yang Perlu Diperhati-kan Dalam Mengatasi Konflik:
1. Ciptakan sistem dan pelaksanaan komunikasi yang efektif.
2. Cegahlah konflik yang destruktif sebelum terjadi.
3. Tetapkan peraturan dan prosedur yang baku terutama yang menyangkut hak karyawan.
4. Atasan mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan konflik yang muncul.
5. Ciptakanlah iklim dan suasana kerja yang harmonis.
6. Bentuklah team work dan kerja-sama yang baik antar kelompok/ unit kerja.
7. Semua pihak hendaknya sadar bahwa semua unit/eselon merupakan mata rantai organisasi yang saling mendukung, jangan ada yang merasa paling hebat.
8. Bina dan kembangkan rasa solidaritas, toleransi, dan saling pengertian antar unit/departemen/ eselon.
Sumber : Majalah Eksekutif Edisi Februari 1987.

Selasa, 20 Maret 2012

rangkuman

ORGANISASI

Didalam mata perkuliahan perilaku keorganisasian, terdapat bab yang membahas tentang perilaku organisasi, perilaku individu dalam organisasi, dan interpersonal, dalam penulisan kali ini saya ingin menjelaskan tentang struktur oganisasi, baik itu pengertiannya, elemen, serta contohnya.

Sebelumnya, mari kita lihat apa itu perilaku organisasi, perilaku individu, dan interpersonal itu sendiri.

Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi).
Dasar-dasar perilaku individu

Dalam ilmu management, seorang manager harus mengetahui perilaku individu. Dimana setiap individu ini tentu saja memiliki karakteristik individu yang menentukan terhadap perilaku individu. Yang pada akhirnya menghasilkan sebuah motivasi individu.

Karakteristik individu dalam organisasi antara lain :

Karakteristik biografis

1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Status kawin
4. masa kerja

Kemampuan

1. kemampuan fisik
2. kemampuan intelektual

Kepribadian
Proses belajar
Persepsi
Sikap
Kepuasan kerja


Perilaku Individu dalam organisasi antara lain :

Produktifitas kerja
Kepuasan kerja
Tingkat absensi
Tingkat turnover

Interpersonal

Interpersonal Skill merupakan salah satu dari soft skill yang banyak diminta oleh perusahaan untuk berbagai jabatan dan posisi.

Sudahkah Kamu memiliki ketrampilan ini? Silakan simak beberapa poin berikut:

Interpersonal Skill bukan merupakan bagian dari karakter kepribadian yang bersifat bawaan, melainkan merupakan ketrampilan yang bisa dipelajari.

Interpersonal Skill yang baik dapat dibangun antara lain dari kemampuan mengembangkan perilaku dan komunikasi yang asertif.

Asertif secara sederhana berarti mampu secara aktif menyatakan gagasan, harapan atau perasaan (baik yang positif atau negatif) secara langsung dan apa adanya, tanpa menyerang atau merugikan orang lain.
Berlaku asertif yang tampaknya mudah ini seringkali menjadi ekstra sulit dalam situasi konflik atau situasi di mana terjadi perbedaan kepentingan antar individu dalam suatu kelompok/organisasi.

Prinsip-prinsip dasar perilaku atau komunikasi yang asertif antara lain adalah menghargai hak orang lain untuk menyampaikan gagasan atau pendapat, untuk didengarkan dan diperlakukan dengan penuh respek serta untuk berbeda pendapat.

Perilaku atau komunikasi asertif membantu kita untuk mendapatkan citra positif tentang diri sendiri dan orang lain, mengembangkan saling respek dengan orang lain, membantu kita mencapai tujuan, melindungi diri kita agar tidak dimanfaatkan oleh orang lain sekaligus tidak melukai orang lain.

Perilaku atau komunikasi asertif bertujuan untuk mencapai win-win solution, di mana masing-masing pihak yang berinteraksi dapat merasakan kepentingannya terakomodir tanpa merasa dikalahkan atau berkurang harga dirinya.

Orang-orang yang asertif biasanya ekspresif dan jujur, bila berbicara langsung ke inti permasalahan, tidak mudah terpancing emosinya, berorientasi pada solusi serta dihargai dan menghargai orang lain.

Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal.

Rabu, 07 Maret 2012

Minimnya pengetahuan tentang norma-norma kehidupan bagi masyarakat

Tema :seberapa pentingnya mata kuliah kewarganegaraan bagi manusia
Judul :minimnya pengetahuan tentang norma-norma bagi kehidupan masyarakat
PENDAHULUAN

Latar belakang
Minimnya tingkat kesadaran masyarakat tentang seberapa pentingnya pengetahuan tentang norma-norma kehidupan bagi masyarakat/manusia.pada zaman sekarang ini kita hidup itu penuh dengan persaingan dalam hal apapun.pendidikan,pendidikan itu suatu modal utama untuk bersaing dizaman yang sekarang ini,bukan hanya itu tapi juga di butuhkan keterampilan,wawasan,serta pengetahuan agar kita dapat mampu bersaing di dunia pendidikan maupun di dunia pekerjaan.sekolahan itu adalah lembaga pendidikan formal yang utama agar kita dapat mengetahui dan diajarkan tentang pengembangan pengetahuan,melatih kemampuan,dan masih banyak lagi yang bisa kita dapatkan dan ketahui.masih banyak masyarakat yang belum menyadari seberapa pentingnya pendidikan formal itu.dengan kurangnya kesadaran tentang hal tersebut kita akan menjadi masyarakat yang minim pengetahuanan,kurangnya ketrampilan,serta kurangannya keahlian dan wawasan yang akan menyebabkan/berdampak masyarakat terbelakang/tertinggal dengan perubahan zaman yang sudah modern ini.

TUJUAN
Tujuannya adalah untuk memberi pemahaman seberapa pentingnya kita harus mengetahui tantang norma-norma kehidupan,dan seberapa pentingnya manfaat dari pendidikan formal maupun nonformal agar kita dapat menjadi masyarakat yang memiliki prilaku serta intelektual yang tinggi,agar kelak kedepannya kita semua dapat menjadi masyarakat yang bermanfaat dan berguna untuk siapa saja.

ISI/PEMBAHASAN
Perlunya masyarakat menyadari tentang norma-norma kehidupan dan perlunya pendidikan formal dan nonformal,untuk kita mengetahui tentang norma-norma kehidupan itu,semua itu bisa didapatkan/diperoleh dari pendidikan formal dan nonformal,seperti pendidikan formal kita akan di ajarkan tentang bagaimana cara bertutur kata yang baik dan berprilaku sopan dan kita juga bisa mendapatkan pengetahuan,keterampilan,serta wawasan yang dapat membentuk kita menjadi masyarakat yang memiliki pribadi yang baik.dengan pendidikan formal tersebut kita juga bisa menjadi masyarakat sosial yang baik dan serta dapat menghargai dan dihargai oleh orang lain.pendidikan formal itu tidak akan berjalan baik kalau tidak ada dukungan dari pendidikan nonformal.karna pendidikan nonformal itu mengajarkan kita tentang bagaimana cara berakhlak dengan baik serta menjadi manusia yang taat kepada tuhannya.kalau kita hanya mementingkan pendidikan formal,kita hanya bisa mendapatkan intelektual yang tinggi saja,tapi kita tidak bisa mendapatkan akhlak yang baik,maka dari itu kita dianjurkan bukan hanya kita melakukan pendidikan formal,tapi kita juga harus belajar pendidikan nonformal.karna didalam pendidikan nonformal itu kita bisa mendapatkan/mengetahui tantang baik buruknya prilaku,halal dan haramnya,serta masih banyak lagi yang kita ketahui.contoh masyarakat yang tidak memiliki pembekalan pendidikan nonformal adalah masyarakat yang selalu bertindak tanpa pikir panjang positif dan negatifnya.di zaman yang sekarang ini banyak tindakan kriminalitas yang terjadi dimana-mana tanpa memandang apapun seperti pembunuhan,penipuan,perampokan bahkan pemerkosaan dan pelecehan seksual,tindakan itu semua dikarenakan tideak adanya pembekalan agama dari kecil dan tidak diajarkan untuk memilih mana yang baik dan yang tidaknya.maka dari seberapa pentingnya juga pendidikian nonformal,karna pendidikan formal itu harus di barengi dengan pendidikan nonformal agar kita menjadi pribadi masyarakat yang ber intelektual tinggi dan memiliki akhlak yang baik.karna di dunia ini mudah untuk mencari orang yang pintar dan cerdas,tapi sulit mencari orang yang jujur,itu semua di karenakan tidak adanya keseimbangan antara pendidikan formal dan nonformal.

PENUTUP

KESIMPULAN
Dari ini semua kita dapat menyimpulkan betapa pentingnya mata kuliah kewarganegaraan itu untuk kehidupan manusia,karna di dalam ilmu itu kita dapat mengetahui tentang seberapa pentingnya pendidikan formal dan nonformal,agar masyarakat kita dapat menjalankan norma-norma dalam kehidupannya supaya kita semua menjadi masyarakat yang berguna dan berjasa untuk siapapun serta menjadi pribadi yang memiliki intelektual dan akhlak yang baik.

SARAN
Masyarakat di haruskan agar secepatnya menyadari betapa pentingnya pendidikan serta pengetahuan,agar kita semua dapat mensejahterakan diri sediri,orang lain bahkan negara sekalipun
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma,pandu,minimnya pengetahuan tentang norma-norma kehidupan bagi masyarakat,Bekasi,2012.